Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » FILSAFAT SENI DAN ESTETIKA

FILSAFAT SENI DAN ESTETIKA




Bukankah filsafat seni itu estetika? Lalu apa bedanya? Mengapa harus ada filsafat seni, tidak cukupkah estetika saja? Untuk menjawab pertanyaai ini diperlukan sejarah timbul nya pemikiran seni di belahan dunia Barat. Kaum pemikir seni mula-mula berasal dari Yunani purba, seperti Socrates, Plato, Aristoteles. Mereka membicarakan seni dalam kaitannya dengan filsafat mereka tentang apa yang disebut dengan keindahan. Pembahasan seni masih dihubungkan dengan pembahasan tentang keindahan. Inilah sebabnya pengetahuan ini disebut dengan filsafat keindahan termasuk didalamnya keindahan alam dan keindahan karya seni.
Seni atau Art aslinya berarti teknik, pertukangan, keterampilan, yang dalam bahasa yunani kuno sering disebut dengan Techne. Baru pada pertengahan abad ke 17, di Eropa dibedakan antarakeindahan umum (termasuk alam) dan keindahan karya seni atau benda seni. Inilah sebabnya lalu muncul istilah Fine Art atau High Art ( seni halus dan seni tinggi)  yang dibedakan dengan karya-karya seni pertukangan atau Craft. Seni sejak itu dikategorikan sebagai artefact atau benda buatan manusia. Pada dasarnya artefact itu dapat dikategorikan menjadi 3 golongan yaitu benda-benda yang berguna tetapi tak indah,  benda-benda yang berguna dan indah dan benda-benda yang indah tapi tidak ada kegunaan praktisnya. Artefatc jenis ketiga itulah yang dibicarakan estetika.
Istilah estetika itu sendiri baru muncul pada tahun1750 oleh seorang filsuf minor bernama A.G. baumgarten. Baumgarten menamakan seni sebagai termasuk dalam pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan sedangkan tujuan logika adalah kebenaran. Sejak itu istilah estetika dipakai dalam bahasan filsafat benda-benda seni.
Tetapi karena karya seni tidak selalu indah seperti yang dipersoalkan dalam estetika, maka diperlukan suatu bidang khusus yang benar-benar menjawab tentang apa hakikat seni atau art itu. Kemudian lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni. Jadi  perbedaan antara estetika dan filsafat seni hanya dalam objek mateerialnya saja. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni atau artefak yang disebut seni.  Karya seni mengekspresikan gagasan dan perasaan sedangkan alam tidak mengandung makna ekspresi semacam itu. Dalam karya seni orang dapat bertanya “ apakah yang ingin dikatakan karya ini? Atau apa maksud karya ini?”. Tetapi orang tidak pernah bertanya serupa ketika menyaksikan keindahan matahari terbenam dipantai, atau menyaksikan bentuk awan senja, derasnya air terjun, gemuruhnya suara ombak. Jadi karya seni selalu membawa makna  tertentu  dalam dirinya, ada usaha komunikasi seni dengan orang lain. Dalam keindahan alamiah hal itu tidak pernah terjadi. Kecantikan seorang wanita kita nikmati sebagai indah begitu saja, tetapi dalam karya seni, seorang wanita tua atau buruk rupa dapat menjadi inidah. Sedangkan wanita cantik justru tidak indah dalam seni yang gagal. Seni dapat meniru alam, tetapi alam tidak mungkin menuru artefak seni.
Dengan demikian cukuplah dikatakan bahwa estetika merupakan pengetahuan tentang keindahan alam dan seni. Sedangkan filsafat seni hanya merupakan bagian dari estetika yang khusus membahas karya seni. Pertanyaannya adalah apakah setiap karya seni itu indah? Bukankah banyak karya seni yang merangsang munculnya perasaan-perasaan tak indah, tidak menentramkan. Kenyataan diatas ( bahwa seni tidak harus indah) nampaknya paradoks, namun bagaimanapun salah satu aspekk dari seni selalu menghadirkan keindahan. Kalau tidak demikian mengapa disukai? Keindahan seni yang tidak indah terletak pada ungkapannya yang artistik. Nilai-nilai kualitas objeknya mungkin saja getir, tetapi ia harus diungkapkan dalam bentuk yang mengandung kualitas keindahan.
Aspek-aspek yang dibahas dalam filsafat seni biasanya meliputi pokok-pokok sebagai berikut : pertama persoalan sikap estetik, yang didalamnya dibahas mengenai ketidakpamrihan seni dan jarak estetik. Kedua, persoalan bentuk formal seni yang melahirkan berbagai konsep seni yang musykil. Ketiga, persoalan pengalaman estetik atau pengalaman seni. Keempat persoalan nilai-nilaai dalam seni. Kelimam persoalan pengetahuan dala seni.
Dengan kata lain filsafat seni membahas aspek kreatifitas seniman, membahas benda seni itu sendiri, membahas nilai-nilai seni, membahasi nilai konteks seni dan mengenai resepsi publik seni. Keberadaan seni ditentukan oleh saling keterkaitan antara 5 aspek tadi.
Sumber:  Sumardjo, jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : Penerbit ITB

0 comments:

Post a Comment