Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » SEMIOTIKA DAN HERMENEUTIKA MEMANDANG TEKS AL-QUR'AN

SEMIOTIKA DAN HERMENEUTIKA MEMANDANG TEKS AL-QUR'AN



Hermeneutika dan Semiotika adalah suatu alat untuk menjabarkan suatu penafsiran yang digunakan dalam mencari suatu makna yang tersembunyi dalam suatu teks atau tanda. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, oleh mereka yang mempergunakannya.[1]  Kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani “semion” yang berarti tanda. Semua yang ada disekitar kita adalah tanda: kata, lampu lalu lintas bendera dan sebagainya adalah tanda.
Dalam semiotika harus ada tanda, penanda dan petanda. Penanda ini bisa kita sebut sesuatu, sedangkan petanda itu adalah konsepnya. Contoh: “orang yang melambaikan tangan” itu bisa disebut tanda, penandanya ialah gerakan orang yang melambaikan tangan tersebut, sedangkan petandanya ialah bahwa seseorang itu akan pergi. Dalam Islam ada yang disebut kitab suci Al-Qur’an, ini disebut tanda, penandanya Qur’an ini berbentuk seperti buku yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas, petandanya ialah sebagai pedoman hidup oleh semua manusia.
Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna.[2] Secara etimologis, istilah hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan atau bentuk nomina hermeneia yang berarti penafsiran. Dua kata ini dalam beragam bentuknya muncul beberapa kali dalam teks klasik seperti Organon dan Peri Hermenias karya filsuf besar Yunani Aristoteles. Dalam bentuk kata benda, kata hermeneia juga muncul dalam karya filsuf Yunani lain seperti Plato, Xenophon, Plutarch, Euripides, Epicurus, Lucretius dan Longinus. Dengan menelusuri asal katanya, hermeneutika mengarah pada arti “membuat menjadi mengerti”, khususnya ketika proses ini mengikutsertakan bahasa, di mana bahasa merupakan medium dalam proses memahami.

Proses ini dikaitkan dengan peran hermes dalam mitologi Yunani yang bertugas sebagai pembawa pesan, sekaligus penafsir bagi pesan-pesan para dewa. Ini sejalan dengan makna kata kerja hermeneuein yang meliputi 3 (tiga) aktifitas : 1. mengekspresikan secara lantang dengan kata-kata, atau sebut saja “mengatakan”, 2. menerangkan, seperti dalam menerangkan situasi, dan 3. menerjemahkan, seperti dalam menerjemahkan pesan ke dalam bahasa asing. Ketiga aktifitas tersebut tercakup dalam makna kata “menafsirkan”.[3]
Menurut Hanafi, hermeneutik bukan hanya ilmu interpretasi, yakni suatu teori pemahaman, tetapi juga berarti ilmu yang  emnjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia. Ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai kenyataan, dari logos sampai ke praxis, dan juga transformasi wahyu dari pikiran Tuhan kepada kehidupan manusia. Proses pemehaman hanya menduduki tingkat kedua.
            Yang pertama adalah kritik kesejarahan, yang menjamin keaslian kitab suci dalam sejarah, tidak mungkin akan terjadi pemahaman bila tidak ada kepastian bahwa apa yang dipahami itu secara historis asli. Kedua,kita memiliki kesadaran eidetik, yang menjelaskan makna teks dan menjadikanya rasional. Ketiga adalah kesadaran praktis yang menggunaakan makna tersebut sebagai dasar teoretis bagi tindakan dan mengantarkan wahyu pada tujuan akhirnya dalam kehidupan manusia dan di dunia ini sebagai struktur ideal yang mewujudkan kesempurnaan dunia.[4]
           


[1] Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, 1996, hal 5
[2] Edi Mulyono dkk, Belajar Hermeneutika, 2012, hal 15
[3] Richard E. Palmer, Hemeneutika; Teori Baru Mengenal Interpretasi, Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2005

[4] Hasan Hanafi, Dialog Agama dan Revolusi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994. H. 1

0 comments:

Post a Comment