Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » METODE KRITIK NALAR ARAB (Muhammed ‘Abid Al-jabiri)

METODE KRITIK NALAR ARAB (Muhammed ‘Abid Al-jabiri)



PENDAHULUAN
Muhammad Abid Al-Jabiri, merupakan salah satu pemikir Islam kontemporer terbesar pada zamannya. Al- Jabiri menelaah filsafat Islam warisan filusuf yang dulu pernah menjadi ikon peradaban dunia. Telaah yang dilakukuan Al-Jabiri bukan sekedar eksplorasi, tapi lebih dari itu beliau mengkritik, membongkar, dan memberikan solusi untuk membangkitkan filsafat Islam yang telah mengalami kemunduran, dan ini sangat penting bagi kita untuk mempelajari metode kritik yang dibawakan oleh Al-Jabiri ini.
Problematika kontemporer yang sering menggelisahkan para pemikir Islam, berupa pendefinisian hubungan kita saat ini dengan turast masa lalu diberi solusi konkrit oleh Al-Jabiri melalui tawaran metodelogisnya yang meyakinkan, sekaligus membuka pola pemikiranakan  filsafat Islam. Dengan ini kita akan mengetahui bahwa filsafat Islam tidak seperti yang ada dalam pikiran kita selama ini.

BAHASAN

A.    BIOGRAFI
Nama lengkapnya ialah Muhammed Abid Al-Jabiri lahir pada tahun 1936 di Figuig, Maroko Tenggara. Beliau tumbuh dikalangan keluarga yang mendukung partai Istiqlal, yaitu sebuah partai yang memperjuangkan kemerdekaan dan kesatuan Maroko yang pada waktu itu ada dibawah koloni Prancis dan Spanyol. Pendidikan pertama beliau adalah sekolah agama, kemudian sekolah swasta nasionalis (madrasah hurrah wathaniah), sekolah ini didirikan oleh gerakan kemerdekaan.
Pada tahun 1951-1953, beliau belajar disekolah lanjutan setingkat SMA di Casablanca. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan tinggi setingkat diploma di Arab dalam bidang ilmu pengetahuan. Guru Al-Jabiri ialah Mehdi Ben Barka, ia adalah seorang politikus yang memimpin sayap kiri partai Istiqlal. Pada tahun 1959 beliau belajar filsafat di Universitas Damaskus, Syiria, tapi satu tahun kemudian beliau masuk di Universitas Rabat yang baru didirikan. Tahun 1964 beliau dipenjara dengan tuduhan berkonspirasi melawan Negara. Pada tahun 1966 bersama Mustafa al-Omari dan Ahmed as-sattati menerbitkan dua buku teks yang didesain untuk tahun terakhir sekolah lanjutan atas.

B.     PEMIKIRAN

Dalam pembacaan tradisi pemikiran Arab kontemporer yang penting bagi kita adalah bukan banyaknya tesis yang bisa dipertahankan, apakah diadopsi atau dipahami oleh kelompok ini dan itu. Tetapi lebih kepada pemikiran apa yang mereka ikuti, yaitu “tindakan mental” yang secara tidak sadar telah mengendalikan mereka. Ada dua kelemahan dalam segi metodenya yang pertama kelemahan pola pembacaan yang masih sangat miskin objektifitas. Sedangkan dari sudut pandang visi, pola pembacaan tersebut kekurangan perspektif historis.
Ketiadaan visi historis dan objektifitas merupakan dua karakteristik yang saling terkait dan mempengaruhi berbagai pemikiran yang menjadi objek kajan dari satu unsur kesamaan yang ingin ditegaskan. Dalam pemikiran Arab modern dan kontemporer memiliki pemikiran seperti kelompok fundamentalis. Berbagai madzhab dan kecenderungan berpikir ternyata hanya dibedakan oleh bentuk “nenek moyang pendirinya” yang menjadi pelindung mereka. Untuk menemukan komponen substansial, kita harus melakukan pengujian secara rinci dan menganalisisnya. Tentang pendekatan metodelogis mestinya harus diterapkan secara teliti dan hati-hati, tapi karena jumlah yang harus dicakup sangatlah besar serta luasnya kecenderungan penggunaan metode tersebut sehingga dengan kepopuleran metode tersebut, masyarakat secara progresif gegabah dan tidak berhati-hati terhadap syarat validitas metode tersebut.
Pada akhirnya berakibat pada adanya keringanan untuk tidak melakukan penelitian yang mendalam. Teknik analogi semacam ini telah mendarah daging dalam proses oertumbuhan dan perkembangan pemikiran Arab sehingga menjadi “tindakan mental” yang telah menyatu dan menjadi patokan atas produksi pengetahuan.
Dalam aktivitas produksi nalar Arab, menghasilkan konsekuensi-konsekuensi sebagai berikut:
1.      Pengabaian teradap dimensi waktu dan evolusi. Setiap masa kini secara sistematis dihubungkan dengan masa lampau, seolah-olah masa lalu, masa sekarang dan masa depan pada kenyataannya merupakan sebuah masa yang sama atau waktu yang tidak berubah, karena itu hilanglah perspektif historis dalam pemikiran Arab.
2.      Tidak adanya pemisahan antara subjek dan objek. Dengan meninggalkan proses “pengujian secara detail” dan analisis, mereka membelokan proses analogi kepada perangkat mental yang tidak mampu memfokuskan diri pada analisis terminology analogis atau pada pengujian komponen-komponennya untuk menunjukan kemiripannya.

Keseluruhan pemikiran Arab modern dan kontemporer ditandai oleh kekurangan objektifitas dan perspektif  historitas, pemikiran Arab tidak mampu menawarkan apa-apa dari tradisi kecuali pembacaan fundamentalis yang menyikapi masa lampau sebagai sesuatu yang transenden dan sakral, seluruh madzhab pemikiran yang mengklaim founding father merekalah yang membantu mereka menemukan keselamatan.  
Seluruh madzhab pemikiran arab kelihatannya meminjam pandangan mereka untuk memperbaharui dari model yang berhubungan dengan masa lalu atau model yang berdasarkan masa lalu, seperti masa lalu islam arab. Ketika menghadapi persoalan baru, pemikiran seperti ini mencari jalan untuk menggunakan tindakan mental mekanis untuk mencari solusi yang siap pakai dengan mengandalkan landasan yang lemah.
            Akan tetapi tindakan mental ini  bagian dari suatu keseluruhan, meskipun ia merupakan hal yang paling ensensial. Keseluruhan yang di maksud adalah struktur pemikiran arab. Inilah alasannya kenapa kita menawarkan sebuah analisis yang cermat dan kritik yang mendalam, sebelum mengusulkan pembaharuan dan modernisasi nalar arab. Pemiiran arab hanya dapat di perbaharui dengan mempertanyakan warisan terdahulu secara serius dan dengan kritik mendasar dan mengglobal.

Lihat Juga : Konsep Pendidikan Islam Menurut Fazlurrahman

0 comments:

Post a Comment