1. Muqaddimah
Suhrawardi al-maqtul merupakan tokoh filsafat timur yang terkenal dengan teor iiluminasinya. Namun, disini penulis akan menitik beratkan pembahasan pada teori metafisika yang dibangun oleh suhrawardi. Walupun pembahasan mengenai metafisika cahaya ini tidak lengkap. Tapi penulis akan
mencoba menyajikan dengan sebaik-baiknya, hal ini disebabkan karena kesulitan mencari referensi yang akan dibahas disini.
Untuk mengetahui tentang filsafat metafisika suhrawardi maka
alangkah lebih baiknya jika kita kenal terlebih dahulu siapa tokoh yang
memunculkan pemikiran mengenai metafisika cahaya ini. suhrawardi yang merupakan
seorang yang terkenal dalam bidang filsafat dan tasawufnya.
2.
Pembahasan
-
BiografiSuhrawardi
Nama lengkapnya, Syaikh Syihab al-Din Abu al-Futuh Yahya ibn
Habasyibn Amirak al-Suhrawardi. Ia lahir di Suhraward Irandekat Zanjan pada
tahun 548 H/ 1153 M. ia dikenal sebagai master of illuminasionist (bapak
pencerahan).
keberhasilan Suhrawardi melahirkan aliran illuminasionis karena
penguasaannya yang mendalam terhadap bidang filsafat dan tasawuf. namun,
kepiawaian suhrawardi mengeluarkan pernyataan doktrin esoteris dari para
fuqaha.
suhrawardi menuliskan pemikirannya pada sebuah karya yang berkaitan
dengan metafisika yatu Hikmat al-Isyraq yang berisi tentang pengajaran dan
kaidah teosofi yang merupakan penafsiran dan modifikasi
terhadap filsafat peripatetik.
Ia wafat
secara tragis melalui eksekusi atas perintah Shalahuddin Al-Ayubi. oleh sebab
itu ia di beri gelar Al-Maqtul (yang dibunuh), sebagai pembedaan dengan dua
sufi lainnya, yaitu Abu Al-Najib Al Suhrawardi (meninggal tahun 563 H) dan Abu
Hafah Syihabuddin Al Suhrawardi Al Baghdadi (meninggal tahun 632 H), penyusun
kitab Awarif Al Ma’arif.
Dalam bidang
metafisika Suhrawardi merupakan orang pertama dalam sejarah yang menegaskan
perbedaan dua corak metafisika yang jelas, yaitu metafisika umum dan metafisika
khusus. Metafisika umum mencakup pokok-pokok pembahasan yang baku tentang
keberadaan atau kewujudan (eksistensi), kesatuan, subtansi (jauhar), eksiden,
waktu, ruang dan gerak. Adapun yang termasuk dalam metafisika khusus ialah:
pendekan ilmiah baru untuk menelaah masalah supra rasional (adinalar), seperti
kewujudan Tuhan dan pengetahuan (al-‘Ilm), mimpi sungguhan, pengalaman
pencerahan, tindakan khalqiyyah kreatif yang tercerahkan, imajinasi ahli
makrifat, bukti yang nyata, dan kewujudan obyektif, ‘alam al-khyal (alam
khayal) atau ‘alam al-misal (alam misal).
-
PemikiranSuhrawardi
Salah satu
ciri kekaidahan dan struktural filsafat isyraqiyyah dalam bidang metafisika
yang menonjol dalah dalam hal wujud dan esensi (mahiyah). Dalam pengantar
al-Talihat, Suhrawardi menulis tentang wujud dan esensi. Ia berpendirian bahwa
“tidak benar partikular merupakan tambahan bagi esensinya”, karena esensi dapat
dipikirkan terlepas dari wujud. Sebuah wujud dapat dipikirkan secara langsung,
tanpa mengetahui apakah ia ada atau tidak pada entitas partikular yang manapun.
Karena itu, wujud dan esensi itu sama (identik).
Dalam
kerangka filsafat iluminasinya, pembicaraan tentang wujud tidak dapat
dipisahkan dari sifat dan penggambaran cahaya. Cahaya tidak bersifat material
dan juga tidak dapat didefenisikan. Sebagai realitas yang meliputi segala
sesuatu, cahaya menembus ke dalam susunan setiap entitas, baik yang fisik
maupun nonfisik, sebagai komponen yang esensial dari cahaya. Sifat cahaya telah
nyata pada dirinya sendiri. Ia ada, karena ketiadaannya merupakan kegelapan.
Semua realitas terdiri dari tingkatan-tingkatan cahaya dan kegelapan. Segala
sesuatu berasal dari cahaya yang berasal dari Cahaya segala Cahaya (nur
al-Anwar). Jika tanpa cahaya semua menjadi kegelapan yang diidentifikasikan non
eksistensi (‘adam). Selanjutnya “Cahaya segala Cahaya” disamakan dengan
“Tuhan”.
Bagi
Suhrawardi realitas dibagi atas tipe cahaya dan kegelapan. Realitas terdiri
dari tingkatan-tingkatan cahaya dan kegelapan. Keseluruhan alam adalah
tingkatan-tingkatan penyinaran dan tumpahan Cahaya Pertama yang bersinar
dimana-mana, sementara ia tetap tidak bergerak dan sama tiap waktu. Sebagaimana
term yang digunakan oleh Suhrawardi, cahaya yang ditompang oleh dirinya sendiri
disebut nur al-mujarrad. Jika cahaya bergantung pada sesuatu yang lain disebut
nur al-‘ardi.
Cahaya
pertama dalam hal ini cahaya terdekat (nur al-aqrab) berasal dari cahaya segala
cahaya. Cahaya pertama benar-benar diperoleh (yahsul). Cahaya pertama memiliki
karakter: pertama, ada sebagai cahaya abstrak. Kedua, mempunyai gerak ganda; ia
mencintai (yuhibbu) dan “melihat” (yushhidu) cahaya segala cahaya yang ada di
atasnya, dan mengendalikannya (yaqharu) serta menyinari (ashraqa) apa yang ada
dibawahnya. Ketiga, mempunyai “sandaran” dan sandaran ini mengimplikasikan
sesuatu “zat” disebut barzakh yang mempunyai kondisi (hay’ah). Zan dan kondisi
bersama-sama berperan sebagai wadah bagi cahaya. Keempat, mempunyai semisal
“kualitas” atau sifat; ia “kaya” (ghani) dalam hubungannya dengan cahaya yang
lebih rendah. Dan “miskin” dalam hubungannya dengan Cahaya segala Cahaya.
Ketika
cahaya pertama diperoleh, ia mempunyai langsung terhadap Cahaya segala Cahaya
tanpa durasi atau “momen” yang lain. Cahaya segala Cahaya seketika itu juga
menyinarinya dan begitu juga “menyalakan” zat dan kondisi yang dihubungkan dengan
cahaya yang pertama. Cahaya yang berada pada cahaya abstrak pertama
adalah “cahaya yang menyinari” (nur al-sanih) dan paling reptif (menerima)
diantara semua cahaya. Proses ini terus berlanjut, dan cahaya kedua menerima
dua cahaya, yang satu berasal dari Cahaya segala Cahaya langsung, yang lain
dari cahaya pertama. Cahaya pertama telah menerimanya dari Cahaya segala Cahaya
dan berjalan langsung karena ia bersifat tembus cahaya.
Hal yang
sama terjadi; cahaya abstrak ketiga menerima empat cahaya; satu langsung dari
Cahaya segala Cahaya, satu lagi dari cahaya pertama, dan yang lainnya dari
cahaya kedua. Proses ini berlanjut terus, dan cahaya abstrak keempat menerima
delapan cahaya; cahaya abstrak kelima menerima enam belas cahaya dan
seterusnya. Mengenai cahaya yang berlipat ganda ini, esensi masing-masing
cahaya, yaitu kesadaran diri, sebagian adalah “cahaya-cahaya pengendali”
(al-anwar al-qahirah) dan sebagian lainnya adalah cahaya-cahaya pengatur
(al-anwar al-mudabbirah).
Nah, dari
pemikiran mengenai metafisika cahaya suhrawardi inilah dapat dilihat bahwa
pendapatnya ini merupakan salah satu pendapat yang mengakibatkan suatu
kontroversi yag pada akhirnya mengakibtkan suhrawardi dihuum mati oleh pihak
negara.
Konsep mengenai cahaya ini dituangkan suhrawardi dalam karyanya yaitu “Hikmah
al-isyraq” dimana pembahasannya itu seperti yang
telah dijelaskan diatas.
3.
Analisis
pemikiran
suhrawardi tentang metafisika cahaya ini sangat penting untuk dikaji karena
jika ingin mengetahui tentang suatu alam ghaib maka setidaknya memahami
mengenai konsep metafisika cahaya yang dikemukakan oleh suhrawardi.
Dan dengan mengetahui metafisika cahaya maka kita sebagai seorang pelajar yang ingin tahu segalanya dapat mencoba untuk mendalami bidang metafisika dengan menggunakan metode cahaya suhrawardi. Metode ini pula digunakan sebagai cara memperoleh maqam ma’rifat untuk menyaksikan sang maha segalanya.
4.
Kesimpulan
Mengapa saya menulis tentang metafisika cahayanya suhrawardi? itu
karena ketertarikan saya pada pemikiran metafisikanya sekaligus juga pemikiran
tentang metafisik ini sudah terkenal. dalam pemikiran mengenai metafisika, suhrawardi
menerapkan suatu konsep filsafat iluminasi seperti halnya al-farabi.
Metafisika suhrawardi ini jika didalami maka akan sangat berpengaruh pada psikologi seseorang. Karena metode pendekatannya adalah cahaya dan untuk mencapai cahaya pertama diperlukan usaha.
Dalam masa sekarang, tokoh suhrawardi sangat terkenal sekali yang membuat para akademisi juga mungkin menggunakan metode suhrawardi dalam pencapaian maqamnya. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang tidak mengenal suhrawardi sama sekali karena belum melakukan pembacaan yang lebih mengenai tokoh ini. Jadi alangkah baiknya kita baca literature untuk bisa kenal terhadap tokoh khususnya suhrawardi.
lihat juga : Pemikiran Syekh Siti Jenar
lihat juga : Pemikiran Syekh Siti Jenar
0 comments: