Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » METAFISIKA CAHAYA SUHRAWARDI AL-MAQTUL

METAFISIKA CAHAYA SUHRAWARDI AL-MAQTUL




1.       Muqaddimah
Suhrawardi al-maqtul merupakan tokoh filsafat timur yang terkenal dengan teor iiluminasinya. Namun, disini penulis akan menitik beratkan pembahasan pada teori metafisika yang dibangun oleh suhrawardi. Walupun pembahasan mengenai metafisika cahaya ini tidak lengkap. Tapi penulis akan mencoba menyajikan dengan sebaik-baiknya, hal ini disebabkan karena kesulitan mencari referensi yang akan dibahas disini. 
Untuk mengetahui tentang filsafat metafisika suhrawardi maka alangkah lebih baiknya jika kita kenal terlebih dahulu siapa tokoh yang memunculkan pemikiran mengenai metafisika cahaya ini. suhrawardi yang merupakan seorang yang terkenal dalam bidang filsafat dan tasawufnya.
2.        Pembahasan

-          BiografiSuhrawardi

Nama lengkapnya, Syaikh Syihab al-Din Abu al-Futuh Yahya ibn Habasyibn Amirak al-Suhrawardi. Ia lahir di Suhraward Irandekat Zanjan pada tahun 548 H/ 1153 M. ia dikenal sebagai master of illuminasionist (bapak pencerahan).
keberhasilan Suhrawardi melahirkan aliran illuminasionis karena penguasaannya yang mendalam terhadap bidang filsafat dan tasawuf. namun, kepiawaian suhrawardi mengeluarkan pernyataan doktrin esoteris dari para fuqaha.
suhrawardi menuliskan pemikirannya pada sebuah karya yang berkaitan dengan metafisika yatu Hikmat al-Isyraq yang berisi tentang pengajaran dan kaidah teosofi yang merupakan penafsiran dan modifikasi terhadap filsafat peripatetik.
Ia wafat secara tragis melalui eksekusi atas perintah Shalahuddin Al-Ayubi. oleh sebab itu ia di beri gelar Al-Maqtul (yang dibunuh), sebagai pembedaan dengan dua sufi lainnya, yaitu Abu Al-Najib Al Suhrawardi (meninggal tahun 563 H) dan Abu Hafah Syihabuddin Al Suhrawardi Al Baghdadi (meninggal tahun 632 H), penyusun kitab Awarif Al Ma’arif.
Dalam bidang metafisika Suhrawardi merupakan orang pertama dalam sejarah yang menegaskan perbedaan dua corak metafisika yang jelas, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum mencakup pokok-pokok pembahasan yang baku tentang keberadaan atau kewujudan (eksistensi), kesatuan, subtansi (jauhar), eksiden, waktu, ruang dan gerak. Adapun yang termasuk dalam metafisika khusus ialah: pendekan ilmiah baru untuk menelaah masalah supra rasional (adinalar), seperti kewujudan Tuhan dan pengetahuan (al-‘Ilm), mimpi sungguhan, pengalaman pencerahan, tindakan khalqiyyah kreatif yang tercerahkan, imajinasi ahli makrifat, bukti yang nyata, dan kewujudan obyektif, ‘alam al-khyal (alam khayal) atau ‘alam al-misal (alam misal).



-          PemikiranSuhrawardi
Salah satu ciri kekaidahan dan struktural filsafat isyraqiyyah dalam bidang metafisika yang menonjol dalah dalam hal wujud dan esensi (mahiyah). Dalam pengantar al-Talihat, Suhrawardi menulis tentang wujud dan esensi. Ia berpendirian bahwa “tidak benar partikular merupakan tambahan bagi esensinya”, karena esensi dapat dipikirkan terlepas dari wujud. Sebuah wujud dapat dipikirkan secara langsung, tanpa mengetahui apakah ia ada atau tidak pada entitas partikular yang manapun. Karena itu, wujud dan esensi itu sama (identik).
Dalam kerangka filsafat iluminasinya, pembicaraan tentang wujud tidak dapat dipisahkan dari sifat dan penggambaran cahaya. Cahaya tidak bersifat material dan juga tidak dapat didefenisikan. Sebagai realitas yang meliputi segala sesuatu, cahaya menembus ke dalam susunan setiap entitas, baik yang fisik maupun nonfisik, sebagai komponen yang esensial dari cahaya. Sifat cahaya telah nyata pada dirinya sendiri. Ia ada, karena ketiadaannya merupakan kegelapan. Semua realitas terdiri dari tingkatan-tingkatan cahaya dan kegelapan. Segala sesuatu berasal dari cahaya yang berasal dari Cahaya segala Cahaya (nur al-Anwar). Jika tanpa cahaya semua menjadi kegelapan yang diidentifikasikan non eksistensi (‘adam). Selanjutnya “Cahaya segala Cahaya” disamakan dengan  “Tuhan”.
Bagi Suhrawardi realitas dibagi atas tipe cahaya dan kegelapan. Realitas terdiri dari tingkatan-tingkatan cahaya dan kegelapan. Keseluruhan alam adalah tingkatan-tingkatan penyinaran dan tumpahan Cahaya Pertama yang bersinar dimana-mana, sementara ia tetap tidak bergerak dan sama tiap waktu. Sebagaimana term yang digunakan oleh Suhrawardi, cahaya yang ditompang oleh dirinya sendiri disebut nur al-mujarrad. Jika cahaya bergantung pada sesuatu yang lain disebut nur al-‘ardi.
Cahaya pertama dalam hal ini cahaya terdekat (nur al-aqrab) berasal dari cahaya segala cahaya. Cahaya pertama benar-benar diperoleh (yahsul). Cahaya pertama memiliki karakter: pertama, ada sebagai cahaya abstrak. Kedua, mempunyai gerak ganda; ia mencintai (yuhibbu) dan “melihat” (yushhidu) cahaya segala cahaya yang ada di atasnya, dan mengendalikannya (yaqharu) serta menyinari (ashraqa) apa yang ada dibawahnya. Ketiga, mempunyai “sandaran” dan sandaran ini mengimplikasikan sesuatu “zat” disebut barzakh yang mempunyai kondisi (hay’ah). Zan dan kondisi bersama-sama berperan sebagai wadah bagi cahaya. Keempat, mempunyai semisal “kualitas” atau sifat; ia “kaya” (ghani) dalam hubungannya dengan cahaya yang lebih rendah. Dan “miskin” dalam hubungannya dengan Cahaya segala Cahaya.
Ketika cahaya pertama diperoleh, ia mempunyai langsung terhadap Cahaya segala Cahaya tanpa durasi atau “momen” yang lain. Cahaya segala Cahaya seketika itu juga menyinarinya dan begitu juga “menyalakan” zat dan kondisi yang dihubungkan dengan cahaya yang pertama.  Cahaya yang berada pada cahaya abstrak pertama adalah “cahaya yang menyinari” (nur al-sanih) dan paling reptif (menerima) diantara semua cahaya. Proses ini terus berlanjut, dan cahaya kedua menerima dua cahaya, yang satu berasal dari Cahaya segala Cahaya langsung, yang lain dari cahaya pertama. Cahaya pertama telah menerimanya dari Cahaya segala Cahaya dan berjalan langsung karena ia bersifat tembus cahaya.
Hal yang sama terjadi; cahaya abstrak ketiga menerima empat cahaya; satu langsung dari Cahaya segala Cahaya, satu lagi dari cahaya pertama, dan yang lainnya dari cahaya kedua. Proses ini berlanjut terus, dan cahaya abstrak keempat menerima delapan cahaya; cahaya abstrak kelima menerima enam belas cahaya dan seterusnya. Mengenai cahaya yang berlipat ganda ini, esensi masing-masing cahaya, yaitu kesadaran diri, sebagian adalah “cahaya-cahaya pengendali” (al-anwar al-qahirah) dan sebagian lainnya adalah cahaya-cahaya pengatur (al-anwar al-mudabbirah).
Nah, dari pemikiran mengenai metafisika cahaya suhrawardi inilah dapat dilihat bahwa pendapatnya ini merupakan salah satu pendapat yang mengakibatkan suatu kontroversi yag pada akhirnya mengakibtkan suhrawardi dihuum mati oleh pihak negara.
Konsep mengenai cahaya ini dituangkan suhrawardi dalam karyanya yaitu “Hikmah al-isyraq” dimana pembahasannya itu seperti yang telah dijelaskan diatas.
3.        Analisis
pemikiran suhrawardi tentang metafisika cahaya ini sangat penting untuk dikaji karena jika ingin mengetahui tentang suatu alam ghaib maka setidaknya memahami mengenai konsep metafisika cahaya yang dikemukakan oleh suhrawardi.
Dan dengan mengetahui metafisika cahaya maka kita sebagai seorang pelajar yang ingin tahu segalanya dapat mencoba untuk mendalami bidang metafisika dengan menggunakan metode cahaya suhrawardi. Metode ini pula digunakan sebagai cara memperoleh maqam ma’rifat untuk menyaksikan sang maha segalanya.
4.        Kesimpulan
Mengapa saya menulis tentang metafisika cahayanya suhrawardi? itu karena ketertarikan saya pada pemikiran metafisikanya sekaligus juga pemikiran tentang metafisik ini sudah terkenal. dalam pemikiran mengenai metafisika, suhrawardi menerapkan suatu konsep filsafat iluminasi seperti halnya al-farabi.
Metafisika suhrawardi ini jika didalami maka akan sangat berpengaruh pada psikologi seseorang. Karena metode pendekatannya adalah cahaya dan untuk mencapai cahaya pertama diperlukan usaha.
Dalam masa sekarang, tokoh suhrawardi sangat terkenal sekali yang membuat para akademisi juga mungkin menggunakan metode suhrawardi dalam pencapaian maqamnya. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang tidak mengenal suhrawardi sama sekali karena belum melakukan pembacaan yang lebih mengenai tokoh ini. Jadi alangkah baiknya kita baca literature untuk bisa kenal terhadap tokoh khususnya suhrawardi

lihat juga : Pemikiran Syekh Siti Jenar

0 comments:

Post a Comment