Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » PEMBELAJARAN METODE STUDI AGAMA DAN FILSAFAT

PEMBELAJARAN METODE STUDI AGAMA DAN FILSAFAT




            Disusun Oleh : Ahmad Agus Tijani


Ada beberapa pengetahuan yang saya dapatkan dalam pertemuan pertama dan kedua mata kuliah metode studi agama dan filsafat, dan kemudian saya review hasilnya untuk memenuhi tugas serta untuk bahan pembelajaran pribadi. Selain mendapatkan beberapa hal yang baru, saya juga mendapatkan sebuah pertanyaan yaitu sejak kapan anda merasa islam?
Metode studi agama dan filsafat adalah cara untuk mengetahui pembelajaran tentang keagamaan dan filsafat. Metode berbeda dengan metodologi, terdapat perbedaan yang kontras namun tidak terlalu jauh. Metode merupakan cara untuk mendapatkan sesuatu, sedangkan metodologi adalah ilmu yang mempelajari cara untuk memperoleh sesuatu tersebut.
Dari sini kita dapat simpulkan bahwa dalam mempelajari agama dan fislafat harus mempunyai cara tersendiri, sehingga dapat membedakan mana hasil dari agama dan hasil dari filsafat. Agama dan filsafat memang mempunyai perbedaan, diantaranya ialah dari segi sumber atau asalnya. Agama berasal dari tuhan, sedangkan filsafat berasal dari pikiran manusia yang berangkat dari sebuah keragu-raguan. Selain itu perbedaan antara filsafat dan agama adalah dari segi cakupan keluasannya. Cakupan Filsafat lebih luas dari pada agama. Misalnya dalam pengertian filsafat agama, cakupannya hanya sebatas dan terbatas oleh agama. Sedangkan filsafat itu luas, cakupan filafat adalah membahas tentang yang ada dan mungkin ada.
Kemudian saya akan  menjawab pertanyaan kapan anda merasa islam?, memang agak sulit untuk menjawab pertanyaan ini walaupun pertanyaanya sangat sederhana. Karena dalam menjawab pertanyaan ini di perlukan refleksi diri.
Sejak kecil nilai keislaman saya hanya mengikuti doktrin-doktrin atau ajakan-ajakan dari orang tua. Ini menandakan islam kita merupakan islam turunan. Artinya, apabila orang tua mengajarkan tentang agama lain pun otomatis kita akan mengikutinya tanpa kita menyadarinya. ajaran tentang islam mulai tumbuh setelah mendapatkan ilmu-ilmu tentang keislaman, tetapi itu hanya sebatas mengetahui dan belum sepenuhnya dalam menjalankan islam. Artinya masih ada unsure eksternal (belum mencapai keikhlasan) yang mendorong saya dalam menjalani islamisasi.
Setelah mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang islam, saya mulai merasakan keislaman ada dalam diri ini. Tepatnya, ketika saya sudah mulai bisa berfikir tentang kesadaran diri akan kewajiban seorang hamba, dan menyadari apa tujuan hidup di dunia ini. Kesadaran saya sebagai seorang hamba yang tak berdaya juga mendorong proses tersebut dan tentunya dibubuhi dengan doktrin-doktrin yang saya dapatkan sehingga menjadi sebuah kepercayaan yang kuat.
Sehingga pada ahirnya kepercayaan ini menimbulkan kesadaran baru akan tujuan hidup. Dalam do’a iftitah disebutkan bahwa “Inasholati Wa Nusuki Wamahyaya Wa Mamati Lillahi Robbil Alamin”. Kalimat tersebutlah yang membawaa saya menuju keikhlasan dalam menjalankan islam dan sebagai hakikat dari tujuan hidup.

0 comments:

Post a Comment