Disusun Oleh : Ahmad Agus Tijani
Ada beberapa pengetahuan yang saya dapatkan dalam
pertemuan pertama dan kedua mata kuliah metode studi agama dan filsafat, dan
kemudian saya review hasilnya untuk memenuhi tugas serta untuk bahan
pembelajaran pribadi. Selain mendapatkan beberapa hal yang baru, saya juga
mendapatkan sebuah pertanyaan yaitu sejak kapan anda merasa islam?
Metode studi agama dan filsafat adalah cara untuk
mengetahui pembelajaran tentang keagamaan dan filsafat. Metode berbeda dengan
metodologi, terdapat perbedaan yang kontras namun tidak terlalu jauh. Metode
merupakan cara untuk mendapatkan sesuatu, sedangkan metodologi adalah ilmu yang
mempelajari cara untuk memperoleh sesuatu tersebut.
Dari sini kita dapat simpulkan bahwa dalam
mempelajari agama dan fislafat harus mempunyai cara tersendiri, sehingga dapat
membedakan mana hasil dari agama dan hasil dari filsafat. Agama dan filsafat
memang mempunyai perbedaan, diantaranya ialah dari segi sumber atau asalnya.
Agama berasal dari tuhan, sedangkan filsafat berasal dari pikiran manusia yang
berangkat dari sebuah keragu-raguan. Selain itu perbedaan antara filsafat dan
agama adalah dari segi cakupan keluasannya. Cakupan Filsafat lebih luas dari
pada agama. Misalnya dalam pengertian filsafat agama, cakupannya hanya sebatas
dan terbatas oleh agama. Sedangkan filsafat itu luas, cakupan filafat adalah
membahas tentang yang ada dan mungkin ada.
Kemudian saya akan menjawab pertanyaan kapan anda merasa islam?,
memang agak sulit untuk menjawab pertanyaan ini walaupun pertanyaanya sangat
sederhana. Karena dalam menjawab pertanyaan ini di perlukan refleksi diri.
Sejak kecil nilai keislaman saya hanya mengikuti
doktrin-doktrin atau ajakan-ajakan dari orang tua. Ini menandakan islam kita
merupakan islam turunan. Artinya, apabila orang tua mengajarkan tentang agama
lain pun otomatis kita akan mengikutinya tanpa kita menyadarinya. ajaran
tentang islam mulai tumbuh setelah mendapatkan ilmu-ilmu tentang keislaman,
tetapi itu hanya sebatas mengetahui dan belum sepenuhnya dalam menjalankan
islam. Artinya masih ada unsure eksternal (belum mencapai keikhlasan) yang
mendorong saya dalam menjalani islamisasi.
Setelah mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang
islam, saya mulai merasakan keislaman ada dalam diri ini. Tepatnya, ketika saya
sudah mulai bisa berfikir tentang kesadaran diri akan kewajiban seorang hamba,
dan menyadari apa tujuan hidup di dunia ini. Kesadaran saya sebagai seorang
hamba yang tak berdaya juga mendorong proses tersebut dan tentunya dibubuhi
dengan doktrin-doktrin yang saya dapatkan sehingga menjadi sebuah kepercayaan
yang kuat.
Sehingga pada ahirnya kepercayaan ini menimbulkan
kesadaran baru akan tujuan hidup. Dalam do’a iftitah disebutkan bahwa “Inasholati Wa Nusuki Wamahyaya Wa Mamati
Lillahi Robbil Alamin”. Kalimat tersebutlah yang membawaa saya menuju
keikhlasan dalam menjalankan islam dan sebagai hakikat dari tujuan hidup.
lihat pula : Metode Rasional Mempelajari Agama
0 comments: