Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT FAZLURRAHMAN

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT FAZLURRAHMAN




Oleh : Ahmad Agus Tijani
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di barat laut Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan sudah tidak diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, seperti Syah Wali Allah, Sir Sayyid Ahmad Khan, hingga Sir Muhammad Iqbal. Nama keluarga Fazlur Rahman adalah Malak, namun nama keluarga Malak ini tidak pernah digunakan dalam daftar referensi baik di Barat ataupun di Timur.[1]
Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Kerelegiusan ini dinyatakan oleh Fazlur Rahman sendiri yang mengatakan bahwa ia mempraktekan ibadah-ibadah keisalaman seperti shalat, puasa, dan lainnya, tanpa meninggalkannya sekalipun .Dengan latar belakang kehidupan keagamaan yang demikian, maka menjadi wajar ketika berumur sepuluh tahun ia sudah dapat menghafal Alquran. Adapun mazhab yang dianut oleh keluarganya ialah mazhab Hanafi.
         Fazlur Rahman ialah seorang tokoh intelektual Muslim yang memiliki latar belakang tradisi keilmuan madrasah India -Pakistan yang tradisional dan keilmuan Barat yang liberal. Keduanya berpengaruh dalam membentuk intelektualismenya. Rahman menyuguhkan analisis perkembangan pendidikan tinggi Islam dan merumuskan alternatif metodologi pemikiran keislaman, sebagai rumusan jalan keluar dari seluruh kritisisme atas sejarah pemikiran keislaman.
Fazlur Rahman memandang pemikiran dan pendidikan islam terdapat adanya kemunduran, kemunduran ini menurutnya disebabkan oleh krisis metodologi. Menurutnya system pendidikan harus terlebih dahulu dimodernisasikan, karena dengan itu dapat menyokong produktivitas intelektual islam.
Pembahasan
           Konsep pendidikan tinggi Islam yang dikemukakan oleh Rahman merupakan masalah yang menarik dan urgen untuk dibahas, karena penyelenggaraan pendidikan tinggi Islam sekarang ini mengalami proses dikotomi yaitu menerapkan metode dan muatan pendidikan barat dengan menambah beberapa mata pelajaran agama Islam dengan metode dan muatan Islami yang berasal dari zaman klasik yang belum dimodernisasi secara mendasar. Penyelenggaran pendidikan Islam belum mengacu dan mengantisipasi zaman yang sedang berubah, tetapi hanya menjaga dan melestarikan segala warisan yang bersifat klasik.
Tradisi Intelektual Islam
Awal mula dan tersebarnya ilmu pengetahuan islam pada masa-masa awal islam menurut fazlur Rhaman berpusat pada individu-individu dan bukannya pada sekolah-sekolah. Karena itu cirri utama pertama dari ilmu pengetahuan tersebut adalah pentingnya individu guru.
Pada masa awal, pendidikan idektik dengan upaya da'wah Islamiyah, karena itu pendidikan berkembang sejalan dengan perkembangan agama itu sendiri. Rahman menyatakan kedatangan Islam membawa untuk pertama kalinya suatu instrumen pendidikan tertentu yang berbudayakan agama, yaitu al-Qur'an dan ajaran-ajaran Nabi. Tetapi, perlu dipahami bahwa pada masa awal perkembangan Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan bersifat informal, dan inipun lebih berkait dengan upaya da'wah Islamiyah - penyebaran, penanaman dasar-dasar kepercayaan, dan ibadah Islam.
Rahman, menyatakan bahwa pada awal mula tersebarnya ilmu pengetahuan Islam berpusat pada individu-individu dan bukannya sekolah-sekolah. Kandungan pemikiran Islam juga bercirikan usaha-usaha individual yaitu tokoh-tokoh istimewa tertentu, yang telah mempelajari hadits dan membangun sistem-sistem teologi dan hukum mereka sendiri di seputarnya. Ciri utama pertama dari ilmu pengetahuan tersebut adalah pentingnya individu guru, karena sang guru setelah memberikan pelajaran seluruhnya, secara pribadi memberikan suatu sertifikat (ijazah) kepada muridnya untuk mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada akhir abad pertengahan, mayoritas ilmuwan-ilmuwan yang termasyhur bukanlah produk madrasah-madrasah, tetapi merupakan bekas-bekas murid informal dari guru-guru individual tertentu.
Rahman, menyatakan sistem madrasah yang secara luas didasarkan pada sponsor dan kontrol negara, umumnya telah dipandang sebagai sebab kemunduran dan kemacetan ilmu pengetahuan dan kesarjanaan Islam. Menurut saya disini adanya perbedaan antara kualitas control Negara dan control langsung seorang guru terhadap murid.Selain itu, Fazlur Rahman juga menyatakan salah satu penyebab penurunan kualitas ilmu pengetahuan Islam adalah berasal dari kekeringan yang gradual dari ilmu-ilmu keagamaan, karena pengucilannya dari kehidupan intelektualisme awam yang juga kemudian mati.
Berdasarkan pemikiran di atas, Rahman menyatakan bahwa berkembangnnya ilmu dan semangat ilmiah dari abad ke-9 sampai abad ke-13 di kalangan umat Islam berasal dari terlaksananya perintah al-Qur'an untuk mempelajari alam semesta, karena karya Allah tersebut memang diciptakan untuk kepentingan manusia. Pada abad-abad pertengahan akhir, semangat penyelidikan di dunia Islam mengalami kemacetan dan merosot, sedangkan dunia Barat telah melaksanakan kajian-kajian yang sebagian besar dipinjam dari ilmuan-ilmuan Muslim, sehingga mereka menjadi makmur, dan maju bahkan menjajah negeri-negeri Muslim. Dengan dasar ini, maka menurut Rahman, umat Islam dalam mempelajari ilmu baru dari dunia Barat yang maju, berarti meraih kembali masa lampau mereka dan sekaligus untuk memenuhi sekali lagi perintah-perintah al-Qur'an yang terlupakan.
Fazlur Rahman juga memberikan sebuah contoh pemikiran syah Waliyullah yang meninggalkan warisan kurikulum yang hampir sama dengan kurikulum madrasah, dengan tujuan menangani kemerosotan pendidikan islam. Kurikulum Syah waliyullah tersebut meliputi matematika, astronomi dan kedokteran. Karena itu system madrasah tidaklah mewakili keseluruhan pendidikan islam. Disini syah waliyullah telah merekomendasikan kepada kita mengenai pentingnya mempelajari ilmu-ilmu yang rasional yang patut dipelajari dengan cabang-cabangnya seperti fisika, matematika, mekanika dan sebagainya dengan cara belajar ekstra madrasah.
Menurut fazlurrahman kelemahan mendasar dari ilmu pengetahuan islam adalah konsepnya mengenai ilmu pengetahuan yang berlawanan dengan konsep modern yang memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang harus dicari dan ditemukan oleh pikiran. Tetapi konsep zaman pertengahan adalah bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus diperoleh. Sikap pemikiran seperti ini lebih bersifat pasif dari pada kreatif dan positif. Jadi secara tidak langsung ungkapan fazlur rahman ini mengandung arti  apabila pemikiran pendidikan ingin berkembang maka pengetahuan harus dicari dengan melibatkan peran akal sebagai kritik, tidah hanya menerima pengetahuan secara pasif.

Pengetahuan tidak harus berasal dari pengajaran seperti buku-buku yang diajarkan ataupun struktur eksternal pendidikan, tetapi adalah apa yang menurut Rahman sebagai "intelektualisme Islam", dan bagi Rahman inilah esensi pendidikan tinggi Islam. Intelektualisme Islam merupakan pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, yang harus memberikan kreteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan Islam. Perumusan pemikiran pendidikan tinggi Islam haruslah didasarkan kepada metoda penafsiran dan pemahaman yang benar terhadap al-Qur'an, yang berfungsi sebagai petunjuk atau inspirasi bagi generasi muda Islam.


[1] Rahman, Fazlur. Islam.( Bandung , 1997, PUSTAKA) hlm

0 comments:

Post a Comment