Mengenai Saya 089661217321

advertisement

Powered by Blogger.
Home » » METODE RASIONAL MEMPELAJARI AGAMA DAN FILSAFAT

METODE RASIONAL MEMPELAJARI AGAMA DAN FILSAFAT



Pembahasan agama dengan kacamata filsafat bertujuan untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip logika.Sehingga dari sanalah diketahui bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama.
A.    Metode rasional kaum rasionalisme.
Metode rasional dalam filsafat dilahirkan oleh kaum rasionalisme. Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Aliran rasionalisme ada dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, rasionalisme biasanya digunakan untuk mengkritik agama. Sedangkan dalam bidang filsafat sering digunakan dalam menyusun pengetahuan. Ihsan (2010/150)
Bagi kaum rasionalis, kemampuan akal dalam mendaptkan pngetahuan pada dasarnya merupakan penolakan terhadap indra karena indra tidak dapat memberikan pengetahuan yang dapat dipertimbangkan, apakah pengetahuan itu dikatakan valid secara universal. Fatimah (2010/10). akal mendapatkan posisi yang pertama dan terpenting dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga filsafat dalam aliran ini menjadikan pemikiran sebagai patokannya.
Dalam kaitannya dengan agama, metode rasional kaum rasionalisme dapat berpengaruh. Karena dalam mengimplementasikan atau menafsirkan agama salah satunya dengan mengunakan akal. Seperti dalam menafsirkan syari’at, akal  mempunyai peran penting dalam ijtihad atau dalam mengqiyaskan suatu hokum.
1.      Pemikiran Spinoza tentang tuhan
Brunch Spinoz Diahirkan padatahun 1632 dan meninggal dunia padatahun16677 M.  Spinoza menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika, metoda yang digunakan mengikuti metoda descrates.
System meafisika Spinoza trmasuk jenis yang telah dirintis olehpermenides. Menurutnya hanya ada satu dzat yaitu “tuhan dan alam’. Baginya, tuhan dalam pengertian tertentu lebih substansial dari pada pikiran dan materi, karena ia telah menciptakan keduanya, dan dapat melenyapkannya jika mau. Tuhan juga memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas jumlahnya, karena Dia tidak terbatas dalam setiap aspekNya. Semua itu bukan benda tetapi sekedar aspek-aspek dari yang maha suci. Fatimah (2010/54)  
Dalam bidang roh, spiniza berpendapat bahwa roh hanya merupakan satu aspek dari tuhan.dan oleh sebab itu, roh hanya tunduk kepada hokum spiritual dan tidak tunduk kepada hokum ilmu pengetahuan atau hokum alam materi. Roh akan hancur kapanpun tuhan berkehendak karena roh merupakan aspek dari tuhan. Nasution (1991/90)
2.      Kaum rasionalisme islam (mu’tazilah)
Aliran Mu’tazilah merupakan aliran theologi Islam terbesar dan tertua, yang telah memainkan peranan penting dalam sejarah dunia Islam. Aliran Mu’tazilah dikenal sebagai golongan tradisional dalam Islam, karena di antara yang ada, dialah yang paling banyak memberi fungsi terhadap akal dalam membahas masalah keagamaan. Namun demikian, untuk mengetahui secara jelas corak pemikiran aliran Mu’tazilah, maka yang menjadi pembahasan utama dalam persoalan tersebut adalah peranan akal dalam kehidupan umat manusia, karena manusia dalam hidupnya di beri dua hal yang menjadi pedoman baginya agar tidak sesat, yaitu akal dan wahyu. Galuh (2011)
Mu’tazilah adalah mazhab rasionalisme dalam pemikiran Islam. Alasannya, buikan karena mereka membuktikan kepercayaan-kepercayaan yang hanya kita terima lewat perantaraan wahyu dengan argumen-argumen rasional, tapi juga karena mereka mempercayai akal hingga pada level Ekstrem, seperti jika sebuah teks (nash) agama bertentangan dengan akal manusia, maka Mu’tazilah akan berpihak kepada akal, dan teks agama itu harus di tafsirkan. menurut Mu’tazilah, jika manusia berakal dan berpikir pasti memiliki pengetahuan tentang Tuhan, sekalipun wahyu belum di turunkan kepadanya.
Menurut Mu’tazilah, hukum dapat di peroleh lewat akal. Kecenderungan rasionalis Mu’tazilah tidak terletak pada teori pengetahuan – wacana teoritis pada sumber ilmu pengetahuan – tapi keteguhan mereka dalam berpegang pada akal.

0 comments:

Post a Comment