Oleh
: Ahmad Agus Tijani
Muqaddimah
Memahami islam secara utuh merupakan aspek yang
paling penting dalam menentukan sebuah kualitas peradaban. Menurut syari’ati,
untuk memahami islam agar menjadi berkembang
diperlukan sebuah metode bukannya sebuah kemampuan. Syari’ati meelihat
Eropa yang mengalami stagnasi selama seribu tahun dalam abad pertengahan,
tetapi sekarang Eropa malah menjadi sebuah peradaban yang sangat maju. Mengapa
bisa demikian?
factor yang menyebabkan stagnasi di Eropa pada zaman
pertengahan adalah digunakannya metode analogis Aristoteles. Pada abad keempat
dan kelima sebelum masehi terdapat orang-orang jenius besar yang tidak dapat
ditandingi oleh jenius abad ke empatbelas dan lima belas. Tidak diragukan lagi
bahwa Aris toteles lebih jenius dari pada Roger Bacon. Tetapi bagaimana bisa orang-orang
yang memiliki tingkat kejeniusan yang lebih rendah dari Aristoteles telah
meletakkan dasar-dasar bagi kemajuan ilmu pengetahuan?
Alasannya adalah bahwa jenius yang kedua telah
menemukan cara berfkir dan metodologi yang benar. Dengan cara ini, orang awam
pun akan menemukan kebenaran, tetapi seorang jenius yang besar yang tidak
mengetahui cara pendekatan yang benar terhadap berbagai masalah yang dan metode
berfikir yang benar, tidak dapat menggunakan kecerdasannya secara efektif.
Pembahasan
Oleh karena itu, untuk mengenal kebenaran-kebenaran
dalam islam menurut syariati tidak boleh menggunakan pendekatan eropa, misalnya
didasarkan pada biologi, psikologi, ataupun sosiologi. Tetapi untuk mengenal
islam tidak dapat memilih satu pendekatan saja karena islam bukanlah agama yang
berdimensi satu. Conthnya adalah Al-Qur’an, yang didalamnya terdapat banyak
dimensi diantaranya dmensi social, psikologi, dan berbagai ilmu pengetahuan
seperti umumnya. Disini syariati menggambarkan dalam mempelajari Al-Qur’an
seperti mempelajari suatu tokoh. Dalam mempelajari tokoh ada 2 aspek yang harus
dipertanyakan yaitu pertama mengenal pribadi besarnya dan pemikirannya dan pola
pikirnya. Aspek yang kedua adalah mengenal latar belakangnya seperti latar
belakang keluarganya, dimana ia dilahirkan, ras dan bangsanya, bagaimana dia
dibesarkan, siapakah guru-gurunya, diamanakah dia belajar, dan lain-lain. Jadi,
dalam mempelajari agamapun seperi individu, kita harus mempelajari berbagai
pemikiran dan gagasannya dan mempelajari kehidupannya dari awal.
Jadi untuk
mengenal secara tepat dan rinci yang merupakan seandar hingga kini ada dua cara
utama. Pertama adalah mempelajari Al-Qur’an yang merupakan pemikiran dan
gagasan serta ilmu suatu kepribadian yang dinamakan islam. Kedua adalah
mempelajari sejarah islam yang menggambarkan berbagai perubahan yang terjadi
dari awal misi kenabian hingga sekarang.
Selain itu, Ali Syariati juga mempunyai metodoloi
sendiri untuk mempelajari islam yaitu dengan metode tipologi. Metode ini adalah
untuk mengenal lima cara yang berbeda , atau berbagai aspek agama kemudia
membandingkannya dalam cara yang serupa dengan agama-agama lain. Diantara
kelima aspek tersebut adalah :
1. Tuhan
atau tuhan-tuhan dari masing-masing agama
2. Kitab
agama sebagai landasan hokum
3. Nabi
setiap agama yang mendeklarasikan misi agama
4. Bentuk
dan watak yang diimbau oleh agama
5. Para
pengikut dari masing-masing agama dan wakil umat yang mendidik agama itu.[1]
Untuk memperoleh ilmu islam dalam metode tipologi
ini pertama-tama perlu mengenal Allah. Dan metode Syari’ati adalah dengan
mempelajari jenis, asal-usul, mode, konsep dan sifat-sifat tuhan menurut islam.
Misalnya apakah Dia maha kuasa? Apakah Dia maha tinggi atas segalanya? Apakah
Dia berbaur dengan manusia? Ringkasnya, Tuhan seperti apakah Dia?. Untuk
memperoleh sifat-sifat ini tentunya harus merujuk pada Al-Qur’an, kata-kata
nabi dan para pengikut khusus yang dididik oleh nabi.
Langkah kedua adalah mengenal Al-Qur’an , kitab
macam apakah dia? Masalah-masalah apakah yang ia perhatikan? Apakah ia lebih
banyak ditujukan kepada individu dan berbagai masalah moral atau aspek social? Apakah
ia lebih merujuk pada materi atau rohani?
Dan masalah-masalah apakah yang ia perhatikan dan bagaimana bentuknya?.
Langkah ketiga
mengenal islam menurut syari’ati adalah dengan mengenal nabi Muhammad
SAW. Ketika kita berbicara mengenai kepribadian nabi niat kita adalah untuk
melihat bagaimana beliau dalam memperhatikan manusia dan bagaimana hubungan
beliau dengan Allah. Dengan kata lain, kita harus memperhatikan dimensi
manusianya dan dimensi kenabiannya. Misalnya dalam melihat dimensi manusianya,
menurut Syari’ati kita harus mempelajari cara bicara, berjalan, berfikir,
hubungan dengan keluarga dan musuhnya, kekalahan serta kemenangan dan reaksinya
terhadap masalah social.
Jadi salah satu cara yang penting untuk memahami
islam adalah dengan memahami nabinya dan membandingkannya dengan
arsitek-arsitek agamis serta para nabi lainnya seperti Musa, Isa, Zaratustra
dan buda. Menapa demikian? Karena menurut Syari’ati untuk menilai kesuburan
tanah kita karus melihat pada kualitas panennya.
Langkah keempat adalah dengan mempelajari sifat
kehadiran nabi islam. Misalnya apakah beliau tampil tanpa persiapan? Apakah ada
orang yang sedang menanti-nantikan beliau? Apakah beliau mengetahui misi
beliau? Gerakan apakah yang muncul ketika beliau hadir? Dan lain-lain. Jawaban dari pertanyaan ini
akan membantu kita dalam mengenal nabi dan juga dalam menganalsifat keadaan
beliau.
Langkah kelima dalam mengenal islam adalah dengan
mempelajari orang-orang yang membentuk unsure-unsur yang membangun
manusia-manusia yang berbeda dan terkemuka. Mengenal orang-orang ini secara
jelas dan ilmiah adalah seperti mengenal sebuah pabrik melalui barang-barang
yang diproduksi , karena agama seperti pabrik yang membangun manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan Syari’ati dalam memahami islam menganjurkan untuk mempelajari gagasan
dan sejarahnya. Dari kelima apek tersebut terdapat satu kesimpulan yang
terlihat dalam pernyataan syari’ati “agama seperti pabrik yang membangun
manusia”. Dengan kata lain, dengan mempelajari islam secara utuh, menyeluruh
beserta awal sejarahnya hingga kini, dapat membangun sebuah kualitas peradaban
islam.
Sumber referensi :
Syari’ati,
Ali. 1993. Islam Agama Protes. Jakarta
:, Pustaka Hidayah
0 comments: